Sabtu, 11 Mei 2013

Warna Pelangi #bab11

Kembali

Siang hari, saat istirahat sekolah ...
    Aku dan Tina, yang sudah tak berurusan dengan perpustakaan lagi, duduk di meja nomor 5. Kami berdua kompak memesan bakso dan teh botol dingin. Itu memang menu favorit kami. Tak alam berlangsung, datanglah Ridwan. Tak biasanya dia datang dengan wajah serius.
    "Qel, kemarin aku ke kolong jembatan," cerita Ridwan. "Aku mengajak mereka main pesan rahasia. Dan aku sudah tahu masalahmu. Rara membencimu. Benar begitu?" tanya Ridwan.
    Aku pun mengangguk.
    "Kemarin, pengukir pertama adalah Bila. Kau tahu dia menulsi apa? Dia menulis Aku ingin Kak Qel! Itu tandanya Bila rindu kepadamu. Bukan hanya Bila, tapi semuanya. Kemarin kulihat semuanya menggunakan apa yang kamu beri. Kalung tengkorak, sandal, voucher, buku, dan gitar. Hanya Rara yang tak memakai pemberianmu. Wajahnya tampak merasa bersalah. Jadi ...." Ridwan tak melanjutkan perkataannya.
    "Jadi ...?" tanyaku penasaran.
    "Kamu mau, kan, baikan sama Rara dan datang ke kolong jembatan? Ini semua untuk Bila. Bukan hanya Bila, tapi juga semuanya," jawab Ridwan.
    "Eum ... aku pikir-pikir dulu, deh!" balasku.
    "Oya, Bila juga minta alamatmu," ucap Ridwan begitu ingat.
    "Ini ada apa, sih?" tanya Tina bingung.
    "Eum ... lain kali aku akan cerita," jawabku tersenyum.
    Lalu aku segera melanjutkan obrolanku dengan Ridwan, "Alamat? Baiklah, lain kali saja. Oya, gimana kalau kamu duluan ke kolong jembatan, nanti kalau ada waktu, aku bakal nyusul. Soalnya, hari ini rencananya aku bakal pergi ke mall sama Ibu," jawabku.
    "Eum .. aku nggak ngerti apa yang kalian bicarakan. Jadi, aku ke kelas saja, deh! Daah!" pamit Tina.
    "Nanti aku akan menyusulmu!" teriakku.
    "Oke, deh!" balas Ridwan, lalu ia pun segera pamit ke kelasnya.

***

Sepulang sekolah, aku langsung berganti baju. Lalu aku dan Ibu segera pergi ke mall. Kak Kanya dan Kak Nino tidak ikut karena masih bersekolah.
    "Bu, hari ini aku mau ke kolong jembatan, ngunjungi teman-teman waktu aku kabur. Boleh, ya?" ucapku meminta izin.
    "Boleh saja. Tapi diantar sama Ibu, ya! Jangan sendirian. Ibu takut kamu tertabrak," jawab Ibu.
    "Iya, Bu, tenang! Oya, kan, nggak enak, dong, kalau di sana cuma bawa tangan kosong. Jadi, aku mau sekalian beli brownies untuk mereka. Boleh, ya?" pintaku.
    "Iya, boleh saja. Oya, kapan-kapan, teman-temanmu itu ajak dong, ke rumah! Ibu juga kan, mau kenalan sekalian berterima kasih karena telah menemani kamu saat kabur," Ibu balik meminta.
    "Ya, nanti aku ajak, deh!" balasku.
    Saat sampai di mall, kami langsung menuju restoran. Di sana, kami makan dahulu. Lalu, setelah itu, kami pergi membeli baju. Barulah saat hendak pulang, kami membeli brownies. Sepulanh dari mall, aku langsung pergi ke kolong jembatan sembari pulang.
    Sampai di kolong jembatan, kulihat teman-teman, juga Ridwan, tengah melongo melihat ada sebuah mobil berhenti di depan mereka. Duh, aku jadi malu untuk turun. Dengan mengumpulkan keberanian, aku pun turun.
    "Ibu pulang dulu, ya! Daah!" pamit Ibu. "Telepon Ibu kalau hendak pulang!" pesan Ibu, lalu segera pergi.
    Aku tersenyum ke arah mereka. Tiba-tiba Bial memelukkudan berterialk kencang. "Kak Qel! Bila rindu ... sama Kak Qel!" teriaknya.
    "Iya, Kak Qel juga rindu. Maaf, ya, udah pergi tanpa pamit," ucapku.
    "Qelania," ucap Rara terisak. Lalu ia pun memelukku, "Maafkan aku, ya! Aku sudah membencimu. Jujur, aku menyesal. Dan jujur, aku itu nggak mau kamu dekat sama Kiki. Sampai aku sadar bahwa ternyata kamu baik, dan semua orang berhak untuk berteman denagn siapa saja. Maafin aku! Kuhomon maafkan aku. Aku akan melakukan apa saja untukmu," tangis Rara.
    "Ah, tidak usah! Aku sudah memaafkanmu, kok!: balasku.
    Kulihat ke arah yang lain. Mereka semua melongo, tak mengerti apa yang dimaksud kata 'Minta maaf'. Kami berdua yang melihatnya pun hanya tersenyum.
    Tiba-tiba kuingat sesuatu. Brownies! Aku pun langsung menunjukkan 2 kotak brownies yang tadi kubeli. Lalu kuberikan pada mereka. "Ayo, dimakan. Nggak usah malu-malu," ucapku.
    "Asik! Kak Qel bawa makanan!" seru Bila senang, lalu segera mengambil satu. "Kak Faldi nggak makan? Perutnya entar jadi kecil, lho!"
    Semua pun tertawa mendengar ucapan Bila. Aku senang sekali. Dapat kembali ke kolong jembatan. Bukan hanya kembali bertemu teman-teman, tapi juga kembali membuat mereka tertawa. Rasanya senang sekali melihat mereka dapat tersenyum. Andaikan aku daoat terus bersama mereka ....

***

1 komentar: