Jumat, 10 Mei 2013

Warna Pelangi #bab10

Kanan Pohon

    Esoknya, begitu bis sekolah datang, aku langsung menaikinya dan duduk di samping Ridwan. Ridwan tersenyum ke arahku. Aku pun membalas senyumannya. "Bagaimana kemarin?" tanyaku tak sabar.
    "Sudah aku sampaikan! Mereka semua senang, apalagi Faldi. Tapi, ada juga yang menurutku hanya 'pura-pura' senang. Rara. Saat aku melihatnya, dia tersenyum kecut. Saat ia sendirian, kulihat ia sedih. Seperti merasa bersalah. Lalu juga Kiki, dia minta alamatmu. Tapi tak kuberi, karena aku belum dapat izin darimu. Oya, sebenarnya ada apa, sih, dengan Rara? Kok, dia tampak merasa bersalah? Siapa tahu ada sangkut-pautnya denganmu," jelas Ridwan.
    "Rara? Eum ... aku tak bisa jelaskan semuanya. Kau tahu permainan Surat Rahasia? Nah, di pohon yang biasa teman-temanmu pakai. Di sanalah jawabannya. Ada di bagian kanan pohon. Karena itulah, aku berniat untuk pulang dan tak bertemu lagi dengan mereka, karena kupikir Rara merasa tak nyaman jika aku ada di sana," jawabku menunduk.
    "Kanan pohon?" tanya Ridwan.
    "Iya. Di bagian kanan pohon," jawabku.
    Kulihat ke arah Ridwan. Dia tengah termenung. Sepertinya ia berkata dalam hatinya. Kanan pohon ... kanan pohon .. ya! Aku harus temukan ...
    "Ya, sudah sampai! Silakan turun! Jangan berdesakan!" seru Pak Supir.
    Seperti biasa, kami turun lewat pintu belakang. Dia lapangan, kami pun berpamitan. Aku ke arah kanan, Ridwan ke arah kiri. Dan seperti biasa,  aku duduk di sebelah Tina.
    "Qel, hari ini aku nggak bisa ke kantin. Aku ada urusan di perpustakaan lagi. Kemarin itu buku IPA yang aku ambil salah. Padahal udah capek-capek nyari. Nggak taunya salah," omel Tina. "Kamu nggak apa-apa, kan, nggak aku temani ke kantin kayak kemarin?"
    "Ya tentu nggak apa-apa, dong!" jawabku tersenyum.

***

Pulang sekolah, Ridwan segera pulang, berganti baju dan langsung ke kolong jembatan. Dengan hati-hati ia menyebrang di zebra cross. Sampai di kolong jembatan, ia melihat hanya ada Bila di sana.
    "Kakak kemana?" tanya Ridwan, menanyakan Kiki.
    "Kak Kiki lagi ngamen," jawab Bila lemas.
    "Kok lemas gitu? Semangat, dong! Kan, kemarin dapat sandal baru," hibur Ridwan.
    "Bosen soalnya. Nggak ada temen," balas Bila. "Coba ada Kak Qel. Bila kan, nggak kesepian."
    "Rindu Kak Qel, ya?" tebak Ridwan.
    Bila mengangguk. "Anterin Bila ke rumahnya dong!" pinta Bila.
    "Nanti, deh, Kak Ridwan bilang dulu sama Kak Qel, ya!" balas Ridwan simpati.
    "Iya," ucap Bila singkat.
    Tak lama, datanglah Kiki dkk. Mereka habis mengamen. Dilihatnya Kiki menggenggam gitar barunya. Dia mengamen dengan gitar barunya. Lalu dilihat Salsa memakai kalungnya. Ferdi tengah membaca Harry Potternya, dan Faldi asyik dengan ikannya. Hanya Rara yang tak terlihat memakai kalungnya.
    Benar-benar ada masalah, nih! Duuh, jadi pingin cepat-cepat!
    "Eh, main pesan rahasia, yuk!" ajak Ridwan.
    "Ayuk! Bila udah bosen daritadi. Pingin main!" ucap Bila setuju.
    Akhirnya, semua pun setuju. Mereka pun ber-hompimpa. Dan, terpilihlah Bila menjadi pengukirnya. Semua pun menutup mata. Bila langsung mengukir pesan rahasianya.
    "Sudah!" seru Bila.
    Semua pun langsung menyerbu pohon. Ridwan langsung menuju bagian kanan pohon. Dan dia melihat ada gambar di sana. Kini, Ridwan pun tahu apa masalahnya. Tiba-tiba, Salsa berseru. "Aku menemukan pesan rahasianya! Pesannya Aku ingin Kak Qel!" seru Salsa.
    Semua melongok ke arah Bila. Semua tahu, Bila sangat merindukan Qelania. Ridwan yang melihatnya menjadi terharu. Ia pun bertekad akan menemui Qelania besok dan memberitahu semuanya! Tentang Bila yang rindu padanya, tentang teman-teman yang menggunakan pemberiannya, kecuali Rara, lalu tentang dia saat berhasil menemukan pesan rahasia Rara ....

1 komentar: